Math News: Penggunaan Media Pembelajaran Papan Perkalian
Findinilah Faraswati
Selasa, 22 Desember 2015
Kamis, 17 Desember 2015
Selasa, 01 Desember 2015
Sabtu, 02 Mei 2015
Resume kelompok 8 - Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial
A. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1. Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
1. Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
Diagnosik adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Sedangkan kesulitan belajar secara harfiah, didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Sehingga, diagnostik kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
a) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
b) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik. Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
c) Kesulitan lainnya, mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
3. Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
a) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
b) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik. Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
c) Kesulitan lainnya, mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
3. Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal, meliputi:
a) Kesehatan. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Problem Menyesuaikan Diri. Walaupun faktor ini erat kaitannya dengan masyarakat sekitarnya namun sumber utama faktor ini berasal dari salam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
Faktor eksternal, meliputi:
a) Lingkungan. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya.
b) Cara Guru Mengajar yang Tidak Baik. Cara mengajar guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa.
c) Orang Tua Siswa. Orang tua yang tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya menjadi faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
d) Masyarakat Sekitar. Keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
4. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Faktor internal, meliputi:
a) Kesehatan. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Problem Menyesuaikan Diri. Walaupun faktor ini erat kaitannya dengan masyarakat sekitarnya namun sumber utama faktor ini berasal dari salam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
Faktor eksternal, meliputi:
a) Lingkungan. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya.
b) Cara Guru Mengajar yang Tidak Baik. Cara mengajar guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa.
c) Orang Tua Siswa. Orang tua yang tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya menjadi faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
d) Masyarakat Sekitar. Keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
4. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya.
5. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
5. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru dalam mendiagnostik kesulitan belajar siswa, yaitu:
a) Mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b) Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
c) Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
6. Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
a) Mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b) Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
c) Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
6. Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Masing-masing tipe LD (Learning Disorder/Gangguan belajar) didiagnostik dengan cara yang sedikit berbeda. Jika sekolah gagal mengenali keterlambatan belajar, orang tua dapat mencari alternatif lain, misalnya berbicara dengan para ahli.
7. Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
7. Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan awal siswa.
B. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1. Definisi Pengajaran Remedial
B. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1. Definisi Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
Tujuan pengajaran remedial, yaitu: a) Supaya siswa dapat memahami dirinya; b) Supaya siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik; c) Supaya siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat; d) Supaya siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik; e) Supaya siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Fungsi pengajaran remedial, yaitu: a) Fungsi Korektif; b) Fungsi Pemahaman; c) Fungsi Penyesuaian; d) Fungsi Pengayaan; e) Fungsi Akselerasi; f) Fungsi Terapeutik
3. Metode dalam Pengajaran Remedial
Fungsi pengajaran remedial, yaitu: a) Fungsi Korektif; b) Fungsi Pemahaman; c) Fungsi Penyesuaian; d) Fungsi Pengayaan; e) Fungsi Akselerasi; f) Fungsi Terapeutik
3. Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu : tanya jawab, diskusi, tugas, kerja kelompok, tutor, dan pengajaran individual.
4. Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
4. Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknik pendekatan remedial teaching yang bersifat kuratif dilakukan setelah selesainya program proses belajar mengajar utama diselenggarakan. Teknik pendekatan yang dipakai dalam hal ini adalah pengulangan, pengayaan, dan percepatan. Strategi dan teknik pendekatan remedial teaching yang bersifat preventif diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau informasi yang ada dapat diantisipasi. Strategi dan teknik pendekatan remedial teaching bersifat pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM).
5. Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
5. Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
Langkah-langkah dalam melaksanakan pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
a) Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b) Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
c) Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
d) Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
e) Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f) Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
6. Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
a) Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b) Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
c) Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
d) Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
e) Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f) Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
6. Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
a) Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar.
b) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
c) Metode dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial.
d) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh tim.
e) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
f) Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.
g) Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
7. Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial
b) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
c) Metode dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial.
d) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh tim.
e) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
f) Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.
g) Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
7. Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran remedial itu merupakan tanggung jawab bersama antara kepala sekolah, guru, orang tua, pemerhati pendidikan, tata usaha, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terkait.
8. Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Evaluasi perlu dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilaksanakan dimasa mendatang.
Kesimpulan
Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
8. Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Evaluasi perlu dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilaksanakan dimasa mendatang.
Kesimpulan
Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Jumat, 24 April 2015
Resume Kelompok 7 - Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Analisis/Pengkajian Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu)
A.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep
Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal. Sementara perkembangan optimal adalah perkembangan
yang sesuai dengan potensi individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang
baik dan benar, perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu
mampu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri secara
subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem
nilai dan melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar
adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilam, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Pembelajaran
berbasis bimbingan sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang
baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat
menghasilkan sebuah output berupa
lahirnya perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif.
Definisi
tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm.
2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
Sabtu, 04 April 2015
Resume Kelompok 5: Teknik-Teknik Dasar Pemahaman Individu
1. Pengertian Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berpikir serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir, contoh: warna iris mata, warna kulit, jenis rambut, dsb. Sedangkan, faktor fenotip adalah faktor yang dipengaruhi lingkungan, contoh: sikap, kepribadian, dsb.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berpikir serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir, contoh: warna iris mata, warna kulit, jenis rambut, dsb. Sedangkan, faktor fenotip adalah faktor yang dipengaruhi lingkungan, contoh: sikap, kepribadian, dsb.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Langganan:
Postingan (Atom)